Versi materi oleh :
Defitri Nuralam
Kelas : TI B
Kelas : TI B
Dosen : Drs. Ana Maulana, M.Pd
Ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas Ilmu Sosial Budaya Dasar
Ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas Ilmu Sosial Budaya Dasar
A. Pengertian Stratifikasi Sosial
Stratifikasi Sosial
adalah pelapisan masyarakat berdasarkan tingkatan atau kelas.
Menurut Soerjono
Soekanto :
Pembedaan posisi seorang
atau kelompok dalam kedudukan berbeda-beda secara vertikal.
B. Faktor yang menyebabkan terjadinya
Stratifkasi Sosial, antara Lain :
1. Ukuran kekayaan. Seseorang yang
memiliki kekayaan paling banyak termasuk dalam lapisan
teratas. Kekayaan tersebut dapat dilihat melalui ukuran rumah, mobil
pribadi, cara berpakaian, dsb.
2. Ukuran kekuasaan. Seseorang yang memiliki
wewenang terbesar menempati lapisan paling atas. Misalnya saja presiden,
menteri, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten, hingga ketua RT.
3. Ukuran kehormatan. Orang yang paling disegani
dan dihormati biasanya mendapatkan tempat paling tinggi. Ukuran ini banyak
dijumpai pada padamasyarakat tradisional. Biasanya mereka adalah golongan
tua atau mereka yang pernah berjasa.
4. Ukuran ilmu pengetahuan. Seseorang yang memiliki
derajat pendidikan yang tinggi menempati posisi teratas dalam masyarakat.
Misalnya, seorang sarjana lebih tinggi tingkatannya daripada seorang lulusan
SMA. Akan tetapi, ukuran tersebut kadang menyebabkan terjadinya efek negatif
karena ternyata bukanmutu ilmu pengetahuannya yang menjadi ukuran,
melainkan ukuran gelar kesarjanaannya. Ukuran-ukuran diatas tidaklah bersifat
limitatif.
C. Sifat-Sifat Stratifikasi Sosial
1. Stratifikasi Sosial Tertutup ( closed social
stratification) Yaitu
pelapisan sosial yang anggota dari setiap strata atau levelnya sulit mengadakan
loyalitas vertikal.
Contoh : sistem kasta
gambar stratifikasi sosial tertutup
2. Stratifikasi Sosial Terbuka( open social
stratification ) yaitu
pelapisan sosial yang bersifat dinamis karena mobilitasnya sangat besar, setiap
anggota strata bebas melakukan mobilitas sosial baik vertikal maupun
horizontal.
Contoh :
a. segi pendidikan
b. segi kehidupan
ekonomi.
gambar stratifikasi
sosial terbuka
3. Stratifikasi Sosial Campura ( mixture social
stratification ) Yaitu kombinasi /
campuran antara stratifikasi sosial tertutup dan terbuka.
gambar stratifikasi
sosial campuran
D. Bentuk-bentuk
Stratifikasi Sosial
1. Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kriteria Ekonomi
Stratifikasi sosial dalam bidang ekonomi akan membedakan penduduk atau warga
masyarakat menurut penguasaan dan pemilikan materi. Dalam hal ini ada golongan
orang-orang yang didasarkan pada pemilikan tanah, serta ada yang didasarkan
pada kegiatannya di bidang ekonomi dengan menggunakan kecakapan. Dengan kata
lain, pendapatan, kekayaan, dan pekerjaan akan membagi anggota masyarakat ke
dalam berbagai lapisan atau kelas-kelas sosial dalam masyarakat.
a) Lapisan Kelas Atas ( upper class )Yaitu golongan masyatrakat denang tingkat
kekayaan di atas rata-rata. Contoh : pejabat , pengusaha.
b) Lapisan Kelas Menengah ( middel class ) Yaitu golongan masyatrakat denang tingkat
kekayaan rata-rata. Contoh : pegawai biasa , karyawan kantor.
c) Lapisan Kelas Bawah ( lover class) Yaitu golongan masyatrakat denang tingkat
kekayaan bawah rata-rata. Contoh : pegawai , buruh , kuli ,buruh tani
d) Menurut para ahli :
Menurut Aristoteles :
a) Golongan Sangat Kaya : penjabat,
pengusaha, tuan tanah, bangsawan
b) Golongan Kaya : pedagang
c) Golongan Miskin : rakyat biasa
Menurut Karl Mark :
a) Golongan Kapitalis : para tuan tanah, pemilik
alat-alat produksi
b) Golongan Menengah : pegawai , pemerintah
c) Golongan Porletar : buruh tani, buruh pabrik
2. Stratifikasi Sosial
Berdasarkan Kriteria Sosial
Pada
umumnya, stratifikasi sosial berdasarkan kriteria ini bersifat tertutup.
1) Stratifikasi Sosial pada Masyarakat Feodal
Masyarakat feodal merupakan masyarakat pada situasi praindustri, yang menurut sejarahnya merupakan perubahan dari ikatan budak atau hamba sahaya dengan tuan tanah. Hubungan antara kedua golongan itu menjadi hubungan antara yang memerintah dengan yan diperintah, dan interaksinya sangat terbatas. Kemudian semangat feodalisme ini oleh kaum penjajah diterapkan di Indonesia dan terjadilah perpecahan antargolongan, sehingga pada masyarakat feodal terjadi stratifikasi social sebagai berikut :
1) Stratifikasi Sosial pada Masyarakat Feodal
Masyarakat feodal merupakan masyarakat pada situasi praindustri, yang menurut sejarahnya merupakan perubahan dari ikatan budak atau hamba sahaya dengan tuan tanah. Hubungan antara kedua golongan itu menjadi hubungan antara yang memerintah dengan yan diperintah, dan interaksinya sangat terbatas. Kemudian semangat feodalisme ini oleh kaum penjajah diterapkan di Indonesia dan terjadilah perpecahan antargolongan, sehingga pada masyarakat feodal terjadi stratifikasi social sebagai berikut :
a) Golongan atas, terdiri dari keturunan raja dan
ningrat.
b) Golongan menengah, terdiri dari golongan prajurit dan
pegawai pemerintahan.
c) Golongan bawah, terdiri dari golongan rakyat biasa
.
2) Stratifikasi Sosial pada Masyarakat Kasta
Masyarakat kasta menuntut pembedaan antargolongan yang lebih tegas lagi. Hubungan antargolongan adalah tabu, tertutup, bahkan dapat dihukum masyarakatnya. Hal demikian terjadi pada masyarakat kasta di India. Istilah untuk kasta di India adalah yati, dan sistemnya disebut dengan varna. Menurut kitab Reg Weda dalam masyarakat India Kuno dijumpai empat varna yang tersusun secara hierarkis dari atas ke bawah, yaitu brahmana, ksatria, vaisya, dan sudra. Kasta brahmana adalah kasta yang terdiri atas para pendeta dan dipandang sebagai kasta tertinggi. Ksatria merupakan kasta yang terdiri atas para bangsawan dan tentara, serta dipandang sebagai kelas kedua. Vaisya merupakan kasta yang terdiri atas para pedagang, dan dipandang sebagai lapisan ketiga.
Sedangkan sudra merupakan kasta yang terdiri atas orangorang biasa (rakyat jelata). Di samping itu terdapat orangorang yang tidak berkasta atau tidak termasuk ke dalam varna. Mereka itu adalah golongan paria.
2) Stratifikasi Sosial pada Masyarakat Kasta
Masyarakat kasta menuntut pembedaan antargolongan yang lebih tegas lagi. Hubungan antargolongan adalah tabu, tertutup, bahkan dapat dihukum masyarakatnya. Hal demikian terjadi pada masyarakat kasta di India. Istilah untuk kasta di India adalah yati, dan sistemnya disebut dengan varna. Menurut kitab Reg Weda dalam masyarakat India Kuno dijumpai empat varna yang tersusun secara hierarkis dari atas ke bawah, yaitu brahmana, ksatria, vaisya, dan sudra. Kasta brahmana adalah kasta yang terdiri atas para pendeta dan dipandang sebagai kasta tertinggi. Ksatria merupakan kasta yang terdiri atas para bangsawan dan tentara, serta dipandang sebagai kelas kedua. Vaisya merupakan kasta yang terdiri atas para pedagang, dan dipandang sebagai lapisan ketiga.
Sedangkan sudra merupakan kasta yang terdiri atas orangorang biasa (rakyat jelata). Di samping itu terdapat orangorang yang tidak berkasta atau tidak termasuk ke dalam varna. Mereka itu adalah golongan paria.
Berdasarkan
uraian di atas dapat diidentifikasikan bahwa ciri-ciri kasta adalah sebagai
berikut :
a) Keanggotaan berdasarkan kewarisan atau kelahiran.
Dalam kasta, kualitas seseorang tidak menjadi sebuah perhitungan.
b) Keanggotaan berlangsung seumur
hidup, kecuali jika dikeluarkan dari kastanya.
c) Perkawinan bersifat endogen dan harus dipilih
orang yang sekasta. Seorang laki-laki dapat menikah dengan perempuan yang
kastanya lebih rendah, tetapi tidak dapat menikah dengan perempuan yang
memiliki kasta lebih tinggi.
d) Hubungan antarkasta dengan
kelompok sosial lainnya sangat terbatas.
e) Kesadaran keanggotaan suatu kasta tampak nyata
antara lain pada nama kasta, identifikasi anggota pada kastanya, dan
penyesuaian yang ketat terhadap norma kasta.
f) Terikat oleh
kedudukan-kedudukan yang secara tradisional ditetapkan. Artinya kasta yang
lebih rendah kurang mendapatkan akses dalam bidang pendidikan dan kesejahteraan,
apalagi menduduki jabatan penting dalam pemerintahan.
g) Prestise suatu kasta
benar-benar diperhatikan.
h) Kasta
yang lebih rendah merupakan bagian dari kasta yang lebih tinggi, sehingga dalam
kesehariannya dapat dikendalikan secara terus-menerus.
Di
Indonesia, stratifikasi sosial berdasarkan kasta dapat kita jumpai pada
masyarakat Bali. Namun demikian, pengkastaannya tidak terlalu kaku dan tertutup
seperti halnya di India. Pengkastaan di Bali disebut dengan wangsa. Adapun
stratifikasi sosialnya adalah sebagai berikut.
a) Brahmana,
merupakan tingkatan kasta tertinggi di Bali. Biasanya kasta ini diduduki oleh para pemuka agama. Gelar bagi orang-orang yang termasuk dalam kasta ini adalah Ida Bagus untuk laki-laki dan Ida Ayu untuk perempuan.
b) Ksatria,
merupakan tingkatan kedua setelah brahmana. Biasanya yang menduduki kasta ini adalah para bangsawan. Gelar bagi orang-orang yang termasuk dalam kasta ini adalah Cokorda, Dewa, atau Ngahan.
c) Waisya,
merupakan tingkatan ketiga setelah ksatria. Biasanya yang menduduki kasta ini adalah para pedagang. Gelar bagi orang-orang yang termasuk dalam kasta ini adalah Bagus atau Gusti.
d) Sudra,
merupakan tingkatan paling rendah dalam sistem kasta di Bali. Biasanya kasta ini diduduki oleh para pekerja atau buruh. Gelar bagi orang-orang yang termasuk dalam kasta ini adalah Pande, Kbon, atau Pasek.
3) Stratifikasi Sosial pada Masyarakat Rasial
Masyarakat rasial adalah masyarakat yang mengenal perbedaan warna kulit. Sistem stratifikasi ini pernah terjadi di Afrika Selatan, di mana ras kulit putih lebih unggul jika dibandingkan dengan ras kulit hitam. Perbedaan warna kulit di Afrika Selatan pada waktu itu memengaruhi berbagai bidang kehidupan yang kemudian disebut dengan politik apartheid. Dalam politik apartheid, seluruh aspek kehidupan, termasuk kesehatan, pendidikan, perumahan, bahkan pekerjaan ditentukan apakah orang itu termasuk kulit putih ataukah kulit hitam. Walaupun ras kulit putih termasuk golongan minoritas, namun mereka menduduki posisi yang terhormat dibandingkan dengan ras kulit hitam yang mayoritas. Untuk mempertahankan dominasi kekuasaan ekonomi dan politik, ras kulit putih mengembangkan teori rasisme disertai dengan tindakan di luar perikemanusiaan.
a) Brahmana,
merupakan tingkatan kasta tertinggi di Bali. Biasanya kasta ini diduduki oleh para pemuka agama. Gelar bagi orang-orang yang termasuk dalam kasta ini adalah Ida Bagus untuk laki-laki dan Ida Ayu untuk perempuan.
b) Ksatria,
merupakan tingkatan kedua setelah brahmana. Biasanya yang menduduki kasta ini adalah para bangsawan. Gelar bagi orang-orang yang termasuk dalam kasta ini adalah Cokorda, Dewa, atau Ngahan.
c) Waisya,
merupakan tingkatan ketiga setelah ksatria. Biasanya yang menduduki kasta ini adalah para pedagang. Gelar bagi orang-orang yang termasuk dalam kasta ini adalah Bagus atau Gusti.
d) Sudra,
merupakan tingkatan paling rendah dalam sistem kasta di Bali. Biasanya kasta ini diduduki oleh para pekerja atau buruh. Gelar bagi orang-orang yang termasuk dalam kasta ini adalah Pande, Kbon, atau Pasek.
3) Stratifikasi Sosial pada Masyarakat Rasial
Masyarakat rasial adalah masyarakat yang mengenal perbedaan warna kulit. Sistem stratifikasi ini pernah terjadi di Afrika Selatan, di mana ras kulit putih lebih unggul jika dibandingkan dengan ras kulit hitam. Perbedaan warna kulit di Afrika Selatan pada waktu itu memengaruhi berbagai bidang kehidupan yang kemudian disebut dengan politik apartheid. Dalam politik apartheid, seluruh aspek kehidupan, termasuk kesehatan, pendidikan, perumahan, bahkan pekerjaan ditentukan apakah orang itu termasuk kulit putih ataukah kulit hitam. Walaupun ras kulit putih termasuk golongan minoritas, namun mereka menduduki posisi yang terhormat dibandingkan dengan ras kulit hitam yang mayoritas. Untuk mempertahankan dominasi kekuasaan ekonomi dan politik, ras kulit putih mengembangkan teori rasisme disertai dengan tindakan di luar perikemanusiaan.
4) Ukuran Keahlian
Di bagi menjadi :
a) Golongan elit : pendidikan tinggi dan kaya
b) Golongan propesional : ahli di bidangnya
c) Golongan semi propesional : agak ahli
d) Golongan terampil : sudah ahli di bidangnya
e) Golongan semi terampi : agak ahlil
f) Golongan tidak terlatih / terdidik : tidak tahu
apapun
5) Stratifikasi di
Bidang Pendidikan
a) Golongan pendidikan sangat tinggi : Professor, Doktor
b) Golongan pendidikan tinggi : Sarjana, Mahasiswa
c) Golongan pendidikan menengah : SMK/SMA, SMP
d) Golongan pendidikan rendah : SD
e) Golongan tidak berpendidikan : buta huruf
3.
Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kriteria Politik
Stratifikasi sosial berdasarkan kriteria politik berhubungan dengan kekuasaan yang dimiliki oleh anggota masyarakat, di mana ada pihak yang dikuasai yaitu golongan masyarakat yang memiliki wewenanguntuk mengatur masyarakat contohnya presiden, penjabat dll, dan ada pihak yang menguasai yaitu golongan masyarakatyang harus tunduk dan patuh pada peraturan yang di buat oleh penguasa contohnya rakyat biasa.
Mac Iver dalam bukunya yang berjudul “The Web of Government” menyebutkan ada tiga pola umum system lapisan kekuasaan atau piramida kekuasaan, yaitu tipe kasta, oligarkis, dan demokratis.
Stratifikasi sosial berdasarkan kriteria politik berhubungan dengan kekuasaan yang dimiliki oleh anggota masyarakat, di mana ada pihak yang dikuasai yaitu golongan masyarakat yang memiliki wewenanguntuk mengatur masyarakat contohnya presiden, penjabat dll, dan ada pihak yang menguasai yaitu golongan masyarakatyang harus tunduk dan patuh pada peraturan yang di buat oleh penguasa contohnya rakyat biasa.
Mac Iver dalam bukunya yang berjudul “The Web of Government” menyebutkan ada tiga pola umum system lapisan kekuasaan atau piramida kekuasaan, yaitu tipe kasta, oligarkis, dan demokratis.
a. Tipe Kasta
Tipe kasta adalah tipe atau sistem lapisan kekuasaan dengan garis pemisahan yang tegas dan kaku. Tipe semacam ini biasanya dijumpai pada masyarakat berkasta yang hampir tidak terjadi mobilitas sosial vertikal. Garis pemisah antara masing-masing lapisan hampir tidak mungkin ditembus.
Puncak piramida diduduki oleh penguasa tertinggi, misalnya maharaja, raja, dan sebagainya, dengan lingkungan yang didukung oleh kaum bangsawan, tentara, dan para ahli agama. Lapisan berikutnya berturut-turut adalah para tukang, pelayan, petani, buruh tani, dan budak.
Tipe kasta adalah tipe atau sistem lapisan kekuasaan dengan garis pemisahan yang tegas dan kaku. Tipe semacam ini biasanya dijumpai pada masyarakat berkasta yang hampir tidak terjadi mobilitas sosial vertikal. Garis pemisah antara masing-masing lapisan hampir tidak mungkin ditembus.
Puncak piramida diduduki oleh penguasa tertinggi, misalnya maharaja, raja, dan sebagainya, dengan lingkungan yang didukung oleh kaum bangsawan, tentara, dan para ahli agama. Lapisan berikutnya berturut-turut adalah para tukang, pelayan, petani, buruh tani, dan budak.
gambar piramida tipe kasta
b. Tipe
Oligarkis
Tipe ini memiliki garis pemisah yang tegas, tetapi dasar pembedaan kelas-kelas sosial ditentukan oleh kebudayaan masyarakat tersebut. Tipe ini hampir sama dengan tipe kasta, namun individu masih diberi kesempatan untuk naik lapisan. Di setiap lapisan juga dapat dijumpai lapisan yang lebih khusus lagi, sedangkan perbedaan antara satu lapisan dengan dengan lapisan lainnya tidak begitu mencolok.
Tipe ini memiliki garis pemisah yang tegas, tetapi dasar pembedaan kelas-kelas sosial ditentukan oleh kebudayaan masyarakat tersebut. Tipe ini hampir sama dengan tipe kasta, namun individu masih diberi kesempatan untuk naik lapisan. Di setiap lapisan juga dapat dijumpai lapisan yang lebih khusus lagi, sedangkan perbedaan antara satu lapisan dengan dengan lapisan lainnya tidak begitu mencolok.
gambar piramida tipe oligarkis
c. Tipe
Demokratis
Tipe ini menunjukkan adanya garis pemisah antara lapisan yang sifatnya mobil (bergerak) sekali. Dalam hal ini kelahiran tidak menentukan kedudukan seseorang, melainkan yang terpenting adalah kemampuannya dan kadang-kadang faktor keberuntungan.
Tipe ini menunjukkan adanya garis pemisah antara lapisan yang sifatnya mobil (bergerak) sekali. Dalam hal ini kelahiran tidak menentukan kedudukan seseorang, melainkan yang terpenting adalah kemampuannya dan kadang-kadang faktor keberuntungan.
gambar piramida tipe
demokratis
|
Fungsi Stratifikasi Sosial
Dalam
kenyataannya, stratifikasi sosial mempunyai fungsi sebagai berikut.
a.
Stratifikasi sosial menyusun alat bagi masyarakat dalam mencapai beberapa tugas
utama. Hal ini dilaksanakan dengan mendistribusikan prestise maupun privelese
(hak yang dimiliki seseorang karena kedudukannya dalam sebuah strata). Setiap
strata ditandai dengan pangkat atau simbol-simbol yang nyata yang menunjukkan
rangking, peranan khusus, dan standar tingkah laku dalam kehidupan. Semuanya
diorganisir untuk melaksanakan tugasnya masing-masing. Penghargaan masyarakat
terhadap orang-orang yang menduduki dan melaksanakan tugasnya dapat dipandang
sebagai insentif yang dapat menarik mereka untuk melaksanakan tugasnya dengan
baik.
b.
Stratifikasi sosial menyusun, mengatur, serta mengawasi saling hubungan di
antara anggota masyarakat. Peranan, norma, dan standar tingkah laku dilibatkan
dan diperhatikan dalam setiap hubungan di antara strata yang ada di dalam
masyarakat. Stratifikasi sosial cenderung mengatur partisipasi individu dalam
kehidupan secara menyeluruh dalam suatu masyarakat. Ia memberi kesempatan untuk
memenuhi dan mengisi tempat-tempat tertentu, dan pada pihak lain ia juga dapat
membatasi ruang gerak masyarakat. Tetapi terlepas dari tinggi rendahnya strata
yang dimiliki seseorang, stratifikasi berfungsi untuk mengatur partisipasinya di
tempat-tempat tertentu dari kehidupan social bersama.
c.
Stratifikasi sosial memiliki kontribusi sebagai pemersatu dengan
mengoordinasikan serta mengharmonisasikan unitunit yang ada dalam struktur
sosial itu. Dengan demikian, ia berperan dalam memengaruhi fungsi dari berbagai
unit dalam strata sosial yang ada.
d. Stratifikasi sosial
mengategorikan manusia dalam stratum yang berbeda, sehingga dapat
menyederhanakan dunia manusia dalam konteks saling berhubungan di antara
mereka. Dalam kelompok primer, fungsi ini kurang begitu penting karena para
anggota saling mengenal secara dekat.
sekian, semoga bermanfaat
sekian, semoga bermanfaat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar